“Saya mulai kemarin sudah di Unila. Kemarin medical checkup. Besok senin ke rektorat dan jurusan. Hari ini saya diminta jadi pembicara...”
Sebuah sms masuk ke inbox handphone saya. Dari seorang teman yang selama ini berada di Malang. Seorang teman yang sampai saat ini belum pernah saya temui secara langsung, hanya melalui suara dan tulisan (sms dan email) kami merajut persaudaraan ini. Akhirnya, pengumuman itu keluar. Dia diterima sebagai dosen di Universitas Lampung (UNILA), dan FISIP UNILA akan menjadi medan baginya untuk berkarya selama beberapa tahun mendatang. Tidak disangka. Karena, menurut penuturannya sendiri, ia sendiri tidak terlalu serius untuk mempersiapkan ujian, apalagi Ia pergi dengan masih membawa hati yang hancur karena proses pernikahannya yang kandas.
Membaca sms itu, kekaguman mengalir di hati saya. Betapa tidak. Saya masih ingat akan penuturan orang-orang yang sempat mengenal, bertemu dan hidup bersama teman saya yang satu ini. Begitu banyak hal-hal superior dari kehidupannya yang saya dapatkan (tanpa berusaha untuk melebih-lebihkan). Diterimanya dia sebagai dosen di UNILA menjadikan saya dengan lega menambah lagi satu nama dalam anggota komunitas maya yang saya buat. Sebuah komunitas yang saya sebut sebagai komunitas yang Dicintai LANGIT Diterima BUMI. Berisikan orang-orang yang berhasil masuk kedalam dua dimensi yang begitu berbeda. Unsur Langit yang kental dengan nuansa akhirat, ibadah dan penghambaan - dan Unsur Bumi yang dekat dengan elemen-elemen fisik, sosial, dan prestasi-prestasi secara kasat mata.
Dicintai Langit, karena kedekatannya dengan masjid yang menjadikannya sebagai seorang santun, mewarnai kedua orangtuanya dengan akhlak islami, dan membawa teladan yang baik bagi kedua adiknya yang akhirnya mencoba untuk mengikuti jejaknya. Semoga dia bisa menjadi kebanggaan majelis-majelis langit karena tak pernah melupakan Tuhannya. Bukankah Allah akan membanggakan mahluk yang sering menyebut Asma-Nya di majelis-majelis langit. Dan ia pun diterima Bumi, satu anggapan yang ada dalam benak saya karena begitu mudahnya ia memperoleh prestasi-prestasi duniawi, pernah menjadi ketua sebuah kelembagaan eksekutif di kampusnya, penuturan dari lisannya menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh media massa di kota Malang (tak heran ia menjadi semacam icon perjuangan mahasiswa di kota Malang beberapa tahun silam), belum lagi catatan akademisnya sebagai mahasiswa yang begitu baik yang membuat para dosen yang mengujinya dengan rela mengakhiri sidang skripsinya tidak lebih dari 40 menit. Subhanallah
Sambil melanjutkan perjalanan yang sedang saya tempuh, saya kirim sebuah pesan balasan baginya dengan tambahan sebuah kutipan dari sebuah novel yang pernah saya baca.
“Majulah terus saudaraku, jangan biarkan kegelisahan menghambat jihadmu. Berjuanglah terus hingga datang malaikat yang mengatakan : Selamat Anda mendapatkan hadiah nobel karena telah mencintai Allah diatas segalanya”
0 Responses to “Dicintai LANGIT, diterima BUMI”