<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d20262286\x26blogName\x3ddeepheart\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://punyahasan.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://punyahasan.blogspot.com/\x26vt\x3d1302758872242214304', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Semoga kamu baik2 saja.

Sms-nya masuk siang ini. Saya pikir ia akan menanyakan tentang titipan itu. Sebelum ia pergi ke Bali, ia sempat menitipkan sesuatu pada ibunya untuk diberikan pada saya, dan berharap saya bisa segera mengambilnya. Dia juga bilang kalau Ibunya sempat menanyakan kabar saya.

MasyaAllah..saya lupa mengambilnya. Dan ada sedikit rasa sakit di hati saya. Merasa bersalah. Tapi, ternyata bukan. Dia tidak menyinggung tentang titipan itu.

Sama sekali tidak bisa diterka apa maksudnya. Dan saya juga sama sekali tidak ingin berspekulasi apa maksud dari smsnya. Terlalu abstrak. Di smsnya dia menitipkan semua password yang selama ini dia gunakan; password laptop, FS, email, catatan harian digital. Dia "bilang" untuk jaga-jaga khawatir gak ketemuan lagi.

Selekas saya baca smsnya, saya langsung menelfonnya.
Negatif. Gak tersambung.

Apa yang terjadi bro?? Semoga kamu baik-baik saja disana!

Semoga Engkau berkenan menjaganya Ya Rabb..

Hujan, Lampu merah, berpisah

Bertemu dengannya tadi malam. Mendapat senyumnya saat muadzin berseru. Belum boleh ngobrol, dengerin adzan dulu. Selesai adzan, dia dan saya menengadahkan tangan, berdoa pada Sang Khalik. Mau ngobrol dan bertukar kabar, eit..shalat sunnah dulu ya. He eh..gumam dia sambil berdiri, takbir, dan khusyu.

berharap bisa langsung bicara dengannya. Tak disangka, saat shalat sunnah ditutup dengan salam, seorang lelaki langsung iqomat. Rindu ini pun tertunda. Saya menatap matanya. Dia tersenyum, mengerti. Gak pa-pa..toh sebentar lagi kami akan menghadap pada Sang Pemberi Rindu. Worth it lah InsyaAllah.

Hujan masih turun. kami duduk bersisian, kadang saling menatap saat satu dari kami ada yang bicara. Ngobrol, bertukar kabar, akhirnya rindu itu pun terbayar.

"Agak pusing nih..tadi Transpakuan lewatin jalan rusak, jadi terguncang-guncang", ujarnya.

ooo..,saya menyimak.

"Tadi naik mobil jemputan, karena perut lapar jadi turun di Ngesti, abis makan trus mampir shalat disini", giliran saya berujar.

ooo.., dia menyimak.

Ngobrol, bertukar kabar, menunggu hujan reda.

Dua sahabat, menyusuri jalan becek, melintasi terminal Damri, saat itu hujan sudah agak reda. Masih bertukar kabar, ngobrol. Ternyata dia juga menyukai gerimis. Saya baru tahu.

Bertemu lampu merah. Mobil berhenti, memberi kesempatan pada pejalan kaki untuk menyeberang. Saya harus menyeberang, sahabat saya tidak. Perlahan hujan kembali turun dan tidak lama lagi lampu merah akan berganti warna. Kami berjabat tangan, saling bertausyiah singkat. Hujan, lampu merah, berpisah.

Allah Ya Rabb..jaga kami berdua. Ajari kami untuk selalu mensyukuri nikmat-Mu.

Menyapa Jiwa

Jiwa…
Assalamu’alaykum..Bagaimana kabarmu di dalam sana? Baik-baik sajakah ? izinkan aku menyapamu sejenak pagi ini. Moga bisa mendekatkan dirimu dan diriku


Akhir pekan kemarin cukup melelahkan ya?! Aku tahu kau merasakannya juga. Berdua kita melakukannya semua. Entah tanpa dirimu betapa kelelahan yang aku rasakan akan sedahsyat apa. Tanpa kuminta kau rela menanggung setengah kelelahanku. Terimakasih ya Jiwa.

Jiwa…Kau tahu, betapa dirimu begitu kubutuhkan. Saat kepala terasa berat karena amanah ini, kau yang mengusapnya. Usapan itu pun meringankan bebanku. Kau juga pernah menghiburku saat kakiku berhenti melangkah. Saat itu ingin sekali aku menepi dari jalan ini. Kaki ini begitu lelah jiwa ! dan tatapanmu menyadarkanku bahwa perjalanan ini harus kuselesaikan..

Sungguh Jiwa..betapa nyaman ketika diriku dekat dengan dirimu. Ingatkah dirimu satu kenangan saat diriku begitu jauh dengan dirimu. Kenangan yang kuharapkan tidak pernah akan terulang lagi.Saat itu kita begitu jauh. Aku menyapamu dan kau hanya menatapku sekilas, lalu memalingkan wajah. Ada apa jiwa? Adakah sebagian akhlakku yang tidak kau sukai? adakah terucap kata yang tidak engkau ridhai?.

Pagi kau palingkan wajahmu dariku. Siang kau masih diam. Bahkan menjelang Isya pun kau semakin menjauh. Menjelang shubuh aku pun berdiri menghadap Sang Khalik, berusaha merayu-Nya, agar berkenan membuatmu bicara lagi denganku. Tak lama kemudian, kau pun berbisik: ”Bisa kita bicara akhi?”.

Tumpahlah semua keluhanmu padaku. Keluhan atas perbuatan yang kemarin aku lakukan sepanjang hari. Betapa kau tidak suka jika aku menelantarkan tilawahku. Karena itu berarti menelantarkan dirimu. Betapa kau begitu kecewa jika aku memanjakan pandanganku. Melihat semua yang diinginkan tanpa pernah berfikir bahwa kau begitu tersiksa..

Oh Jiwa..mendapatkan maaf darimu adalah satu-satunya hal yang kuinginkan saat itu. Izinkan aku memperbaiki semuanya. Jangan berhenti menemaniku Jiwa. Usap kepala ini saat beban begitu berat. Tatap aku lagi Jiwa, jika kaki ini mulai lemah ingin berhenti. Tetap temani aku Jiwa.




© 2006 deepheart | Blogger Templates by GeckoandFly.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.
Learn how to make money online | First Aid and Health Information at Medical Health