<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d20262286\x26blogName\x3ddeepheart\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://punyahasan.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://punyahasan.blogspot.com/\x26vt\x3d1302758872242214304', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Hujan, Lampu merah, berpisah

Bertemu dengannya tadi malam. Mendapat senyumnya saat muadzin berseru. Belum boleh ngobrol, dengerin adzan dulu. Selesai adzan, dia dan saya menengadahkan tangan, berdoa pada Sang Khalik. Mau ngobrol dan bertukar kabar, eit..shalat sunnah dulu ya. He eh..gumam dia sambil berdiri, takbir, dan khusyu.

berharap bisa langsung bicara dengannya. Tak disangka, saat shalat sunnah ditutup dengan salam, seorang lelaki langsung iqomat. Rindu ini pun tertunda. Saya menatap matanya. Dia tersenyum, mengerti. Gak pa-pa..toh sebentar lagi kami akan menghadap pada Sang Pemberi Rindu. Worth it lah InsyaAllah.

Hujan masih turun. kami duduk bersisian, kadang saling menatap saat satu dari kami ada yang bicara. Ngobrol, bertukar kabar, akhirnya rindu itu pun terbayar.

"Agak pusing nih..tadi Transpakuan lewatin jalan rusak, jadi terguncang-guncang", ujarnya.

ooo..,saya menyimak.

"Tadi naik mobil jemputan, karena perut lapar jadi turun di Ngesti, abis makan trus mampir shalat disini", giliran saya berujar.

ooo.., dia menyimak.

Ngobrol, bertukar kabar, menunggu hujan reda.

Dua sahabat, menyusuri jalan becek, melintasi terminal Damri, saat itu hujan sudah agak reda. Masih bertukar kabar, ngobrol. Ternyata dia juga menyukai gerimis. Saya baru tahu.

Bertemu lampu merah. Mobil berhenti, memberi kesempatan pada pejalan kaki untuk menyeberang. Saya harus menyeberang, sahabat saya tidak. Perlahan hujan kembali turun dan tidak lama lagi lampu merah akan berganti warna. Kami berjabat tangan, saling bertausyiah singkat. Hujan, lampu merah, berpisah.

Allah Ya Rabb..jaga kami berdua. Ajari kami untuk selalu mensyukuri nikmat-Mu.

2 Responses to “Hujan, Lampu merah, berpisah”

  1. # Blogger Unknown

    Wah saya suka sekali penggunaan kata yg mas hasan pergunakan dalam mengungkap byk makna...sederhana tapi manis,dan ga ribet..ga perlu puter otak utk ngerti n slalu menimbulkan kesan tersendiri dihati.
    Smoga Allah nularin kekayaan kata itu kesaya juga setelah baca postingan mas hasan.Amiin..
    So kapan niy menyusul kembarannya melahirkan jundi2 kecil..hiii..mau tau ajah ya  

  2. # Blogger Unknown

    Wah saya suka sekali penggunaan kata yg mas hasan pergunakan dalam mengungkap byk makna...sederhana tapi manis,dan ga ribet..ga perlu puter otak utk ngerti n slalu menimbulkan kesan tersendiri dihati.
    Smoga Allah nularin kekayaan kata itu kesaya juga setelah baca postingan mas hasan.Amiin..
    So kapan niy menyusul kembarannya melahirkan jundi2 kecil..hiii..mau tau ajah ya  

Post a Comment



© 2006 deepheart | Blogger Templates by GeckoandFly.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.
Learn how to make money online | First Aid and Health Information at Medical Health