<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d20262286\x26blogName\x3ddeepheart\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://punyahasan.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://punyahasan.blogspot.com/\x26vt\x3d1302758872242214304', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Izin pergi sebentar ya..




InsyaAllah, secepatnya saya akan kembali.

Di sebuah kost-an ikhwan menjelang tengah malam

“Kalo ane lebih suka akhwat lancip, dimata ane mereka terlihat
lebih bersemangat”



“Oh gitu ya..menurut ane mau akhwat lancip atau akhwat tumpul sama aja.
Dua-duanya indah menurut ane.


“Antum berdua ngomongin apaan seeh..?
akhwat lancip akhwat tumpul? istilah baru ya? *bengong*


Zamzam tersenyum mendengar potongan dialog teman-teman satu kost-nya itu. Muncul kegelian ketika ia mendapati peristiwa unik itu bisa terjadi di dekatnya. ”Bisa-bisanya..tengah malam gini ngomongin kayak gituan..”benaknya. Dasar ikhwan!. Zamzam melanjutkan lagi aktivitas baca bukunya. Namun tak bisa dipungkiri, sepenggal dialog tadi cukup mengusik hatinya. Bukan dengan isi dialognya, tapi lebih pada esensi kejadian yang baru saja ia temui.

Menjadi Ikhwan...istimewa kah? Kenapa istilah itu mesti ada?” muncul banyak pertanyaan muncul di benak Zamzam. Wajar jika Zamzam punya pertanyaan seperti itu. Predikat seorang ikhwan, kerap mendatangkan banyak persepsi yang salah dari banyak orang. Banyak yang underestimate namun tidak sedikit juga yang overestimate. Meskipun jika ditelusuri lagi, tidak ada yang istimewa dengan kata “Ikhwan”. Itu hanyalah sebuah kata dalam bahasa arab yang digunakan untuk menyebut seorang lelaki. Tidak jauh berbeda dengan kata Boys atau Man pada bahasa Inggris atau mungkin dengan bahasa lainnya.

Bagi yang cenderung underestimate, sebutan ikhwan menjadi suatu stempel yang melekat pada mereka-mereka yang cenderung (terlalu) alim, pendiam, rajin shalat, anti pesta dan suka nunduk kalo jalan. Itupun masih sering ditambah dengan ciri-ciri lain; gak pernah pake jeans, banyak ngoleksi peci, plus jenggot tipis yang biasa menghiasi dagu. Hasilnya..ya mereka cenderung menjadi bagian dari masyarakat yang terkesan tidak up to date, norak dan gak gaul.

Pikiran Zamzam pun berkelana. Teringat ia dengan sosok Hendra dan Zaki. Dua sosok ikhwan yang benar-benar berbeda dengan persepsi yang undererstimate tadi. Celana kain ¾ , t-shirt junkiss, plus topi kupluk menjadi style Hendra ketika ia menghabiskan waktu akhir pekannya di sebuah Mall di Jakarta Selatan. Tak seorang pun akan menyangka bahwa itu adalah Hendra. Seorang ikhwan yang biasa menjadi pembicara acara seminar-seminar dikampusnya, ketua kelembagaan legislatif tertinggi di kampusnya, serta menjadi mentor pengajian bagi adik-adik kelasnya. 100 % beda.

Belum lagi sosok Zaki yang mirip seleb. Bukan wajahnya yang mirip seleb (hehehe..afwan Ki!!) tapi kehidupannya, Glamour!! Kemampuannya untuk dekat dengan berbagai karakter manusia menjadikan Zaki bisa diterima oleh berbagai kalangan, baik golongan kanan yang paling kanan maupun golongan kiri yang paling kiri. Tidak berarti bahwa Zaki menjadi bunglon bermuka dua, tapi keberadaannya ditengah teman-temannya yang cenderung doyan dugem mampu menjadi pengingat bagi mereka,. Paling tidak bagi mereka yang lupa atau enggan untuk shalat, Zaki menjadi semacam icon penyeimbang. Ya…Zaki berani mengambil resiko itu, melebur dengan komunitas dugem, sebuah komunitas yang sering luput dari jangkauan teman-teman masjidnya.

Akh Zaki…sedang apa antum sekarang?” sebuah kerinduan muncul dalam diri Zamzam.

Zamzam pun juga sepertinya harus bekerja keras untuk meluruskan pandangan bahwa seorang ikhwan itu bukanlah manusia yang hidup tanpa dosa. Bagi mereka yang tidak bisa menerima ini –biasanya bagi mereka yang terlalu berlebihan memuji dan berusaha menjadikan para ikhwan sebagai teladan- akan kecewa berat ketika melihat ada ikhwan yang melakukan satu kesalahan saja. Padahal jika mau dilihat dari sisi yang berbeda, baik dia “ikhwan” maupun bukan, keduanya sama-sama dalam proses belajar untuk menjadi diri yang yang lebih baik. Jadi selama proses belajar itu sedang berjalan, wajar saja jika ada satu atau dua kesalahan yang dilakukan. Ya contohnya..itu tuch..dialog-dialog gak berbobot seperti yang dilakukan teman-teman kost-annya barusan.

Satu hal yang membuat Zamzam yakin bahwa tidak ada yang salah dengan predikat menjadi seorang ikhwan. Layaknya Hendra dan Zaki yang tidak pernah mencoba untuk membunuh karakternya ketika mereka sudah mengikrarkan diri menjadi seorang ikhwan. Yang perlu dilakukan adalah memahami bahwa proses perbaikan diri dan mengajak orang lain untuk berbuat baik harus terus dilakukan, hingga akhirnya nanti Allah akan memanggil kita kembali. Itu yang didapatkan Hendra dan Zaki di kajian pekanan yang rutin mereka ikuti.

Zamzam pun meletakkan buku yang dibacanya di side table tempat tidurnya. Kantuk mulai memberati kelopak matanya. Sejenak ia raih handphone-nya. Ada satu pesan yang sengaja tidak ia hapus, dari seorang teman. Sebuah pesan yang membuatnya rindu akan satu predikat, sebuah predikat yang sudah terlalu lama ia tanggalkan. ” Kapan jadi ikhwan lagi? Kembalilah saudaraku, di luar sana tak kan kau dapatkan apa-apa!!”.



Ditemani Hanya PadaMu-nya Snada
Teriring salam untuk para Unordinary Ikhwan ;
Hendra Hidayat (AGB IPB 2000), Achmad Zaki (Elektro UGM 2000),
Zamzam (FK Yarsi 2000), Adimas Bayu Murti (FISIP UI 2000)…
Kridha Jalu Pamungkas (FK UMY 2000)...hati ini berkata :miss u bro..!!

Merasa kecil


Jangan serahkan diri ini
pada diriku sendiri ya Rabb
karena aku sadar, aku tak bisa melangkah
tanpa izin dan dampingan-Mu

Jangan berikan diri ini
pada diriku sendiri Ya Rabb
karena aku sadar, nafsu ini terlalu kuat
untuk kuhadapi sendiri




© 2006 deepheart | Blogger Templates by GeckoandFly.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.
Learn how to make money online | First Aid and Health Information at Medical Health