<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d20262286\x26blogName\x3ddeepheart\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://punyahasan.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://punyahasan.blogspot.com/\x26vt\x3d1302758872242214304', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Tahan Dong...

Benar-benar dahsyat !!!
bosan, ngantuk, tangan pegel, lidah kelu, sudah sulit untuk khusyu

Duhai hati..duhai jiwa..bertahanlah.
Beberapa halaman lagi selesai InsyaAllah

Terbayang Imam Syafi'i yang berhasil mengkhatamkan-nya dalam satu hari
Terbayang Sahabat Rasul yang dengan PD meminta izin agar dibolehkan mengkhatamkan-nya kurang dari 3 hari
Terbayang adek kelas yang berhasil dapet satu juz satu jam setelah shalat dzuhur

Duhai hati..Duhai jiwa..bertahanlah !!

ku tahu ini bukan masalah jumlah,
bukan masalah siapa yang paling banyak membacanya..

Tapi sekarang bulan suci..
Mungkinkah ku lewati sama seperti bulan-bulan yang lalu..
Tidak !! Rugi !! Harus lebih baik, harus lebih banyak, karena ini bulan suci.

Kukatakan pada punggung yang pegal : berteriaklah
Kukatakan pada mata yang mengantuk : menangislah
Kukatakan pada lidah yang kelu : mengeluhlah
Kalian tetap tidak akan istirahat setengah jam kedepan !!

Semoga kekejaman pada diri sendiri ini
Mampu mengundang ridha, pahala dan senyum-Mu Ya Latif..Ya Aziz

Kisah Selembar Tikar Tua

Tuhan,
Katanya Kau tak pernah tidur, benarkah?
Kalau aku, aku susah tidur, Tuhan
Kau tahu kenapa?

Karena aku tak punya makanan yang bisa mengenyangkan perutku,
Aku juga tak punya pakaian yang bisa menghangatkan tubuhku,
Aku pun tak punya kasur empuk untuk mengistirahatkan badanku,
Kau tahu, Tuhan?

Seharian ini aku sudah bekerja keras
Membantu mengangkat barang belanjaan orang di pasar,
Menjual kantong-kantong plastik,
Dan membantu Pak Ajis membersihkan sampah,
Aku ingin mengumpulkan uang banyak untuk beli baju dan sandal baru
Kau tahu kenapa, Tuhan?

Karena bukankah sebentar lagi Lebaran?
Itu berarti aku bisa menabung,
Tak perlu beli makanan,
karena aku puasa
Dan masjid-masjid biasanya kasih makanan gratis buat buka dan sahur
Tuhan, Kau sudah mengantuk belum?
Aku ngantuk.

Maukah Kau menemaniku tidur?
Aku punya selembar tikar tua untuk alas tidur,
Cukup koq untuk kita berdua.
Tuhan, aku kedinginan,
Bolehkah aku memeluk-Mu?


Dikutip dari buku Bolehkah Aku Memanggilmu AYAH - karya Chichi Sukardjo
Sengaja baca buku ini, biar bisa belajar bagaimana menjadi ayah (walaupun belum nikah)

Sudah SIAP ??

OKE..!!!
saya siap berlomba 30 hari kedepan..!!

Peluh berlarian membasahi kening dan leher saya. Terik kota Bogor seakan begitu bersemangat membakar setiap inchi tubuh dan memeras satu demi satu tetes keringat dalam tubuh saya. Meninggalkan satu hawa terik di setiap pori yang ditemani desahan nafas memburu dari organ pernafasan. Hari ini ada satu jadwal yang harus saya selesaikan. Saya harus mengurus administrasi yang berkenaan dengan penyelesaian masa studi saya di kampus ini. Langkah ini saya bawa menuju Ruang Pusat Administrasi Fakultas, lalu berlanjut ke Dekan, balik lagi ke bagian administrasi, setelah dirasa cukup saya pun melaju menuju kos-an teman yang dekat dengan kampus. Semoga bisa istirahat sebentar disana, karena beberapa jam lagi saya harus kembali lagi ke kampus. Selama perjalanan peluh masih tak henti-hentinya mengalir. Puff...sangat tidak nyaman. Apalagi untuk saya yang merasa sangat tidak nyaman jika berkeringat dalam kondisi tidak berolahraga.

InsyaAllah, sebentar lagi beres..Bertahanlah teman !!. Tak henti-hentinya saya menyemangati diri sendiri. Mencoba untuk berbincang dengan diri sendiri. Cukup ampuh memang, untuk menstimulan semangat yang kadang semakin tipis. Kalau bukan karena keinginan kuat untuk menjadi lelaki yang bertanggungjawab, mungkin perjuangan ini telah berakhir sejak lama. Kalau bukan karena keyakinan yang kuat bahwa Sang Rasul mulia kini sedang menatap saya sambil tersenyum, mungkin sudah lama saya pergi dari sini.

Sering saya berfikir tentang perjalanan hidup yang sedang jalani. Kadang saya merasa bahwa kehidupan yang saya jalani sekarang ini-dengan orang lain yang berputar disekitar saya-layaknya sebuah film yang sedang diputar, dimana sayalah pemeran utamanya. Selesai satu peristiwa, datang lagi peristiwa berikutnya. Berputar menurut skenario yang telah dituliskan. Hingga kerap setiap kali selesai menempuh satu kejadian dalam hidup saya, terlintas dalam benak saya Ayo..bersiap untuk tantangan berikutnya. Sebuah lintasan yang menjadi pengingat saya untuk selalu bersiap dan waspada untuk menghadapi skenario selanjutnya.

Jika pun ada hal yang masih membuat saya bertahan dengan semua hal ini, adalah pemahaman bahwa skenario ini pasti ada ending-nya. Ending itulah yang menjadi misteri kehidupan saya yang paling besar, karena saya tidak pernah tahu ending macam apa yang akan saya dapatkan. Yang menggembirakan saya adalah adanya kenyataan penting bahwa saya bisa menentukan ending macam apa yang akan saya dapati. Sikap saya, pilihan-pilihan yang saya buat, respon saya pada semua yang datang pada saya, akan bisa menentukan apakah ending ini akan dihiasi oleh senyuman kemenangan atau akan diakhiri dengan tangisan abadi penuh penyesalan.

Pernah saya coba back flash kehidupan saya yang sudah saya lewati. Ternyata sudah begitu banyak hal yang saya lewati. Ada yang membuat sesak, ada yang membuat jenuh, hingga tidak jarang mengundang emosi. Namun tidak jarang pula episode-episode yang datang menyisakan hikmah kebaikan yang begitu dahsyat diujungnya. Meninggalkan kesan yang begitu indah. Syukur pun kerap terucap atas rizki-Nya yang telah menggariskan episode kehidupan ini.

Kini saya mengamati diri saya sendiri. Saya dapati ternyata diri ini masih mampu berdiri, masih mampu untuk berjalan, berlari dan melakukan aktivitas lainnya. Masih bisa bangun pagi dan menatap matahari di hari itu. Masih bisa bertegur sapa dengan sesama insan. Masih bisa untuk bergerak, mencoba untuk memberikan apa yang bisa di lakukan untuk umat. Artinya saya baik-baik saja. Masih sehat wal afiat. Utuh sepenuhnya. Kondisi inilah yang akhirnya menyadarkan saya bahwa semua ujian hidup yang saya dapati, semua gelombang yang menyapa kapal kehidupan saya, selagi itu semua tidak membunuh saya maka semua itu hanya akan membuat saya semakin kuat. Semoga Allah Ta'alla selalu memberikan saya ilmu dan pemahaman akan setiap skenario yang diberikan-Nya pada saya.




© 2006 deepheart | Blogger Templates by GeckoandFly.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.
Learn how to make money online | First Aid and Health Information at Medical Health