Sesuatu Yang Tidak MEMBUNUHMU, Hanya Akan Membuatmu Semakin KUAT
1 Comments Published by jundihasan on 2.9.06 at 7:22 PM.
Peluh berlarian membasahi kening dan leher saya. Terik kota Bogor seakan begitu bersemangat membakar setiap inchi tubuh dan memeras satu demi satu tetes keringat dalam tubuh saya. Meninggalkan satu hawa terik di setiap pori yang ditemani desahan nafas memburu dari organ pernafasan. Hari ini ada satu jadwal yang harus saya selesaikan. Saya harus mengurus administrasi yang berkenaan dengan penyelesaian masa studi saya di kampus ini. Langkah ini saya bawa menuju Ruang Pusat Administrasi Fakultas, lalu berlanjut ke Dekan, balik lagi ke bagian administrasi, setelah dirasa cukup saya pun melaju menuju kos-an teman yang dekat dengan kampus. Semoga bisa istirahat sebentar disana, karena beberapa jam lagi saya harus kembali lagi ke kampus. Selama perjalanan peluh masih tak henti-hentinya mengalir. Puff...sangat tidak nyaman. Apalagi untuk saya yang merasa sangat tidak nyaman jika berkeringat dalam kondisi tidak berolahraga.
InsyaAllah, sebentar lagi beres..Bertahanlah teman !!. Tak henti-hentinya saya menyemangati diri sendiri. Mencoba untuk berbincang dengan diri sendiri. Cukup ampuh memang, untuk menstimulan semangat yang kadang semakin tipis. Kalau bukan karena keinginan kuat untuk menjadi lelaki yang bertanggungjawab, mungkin perjuangan ini telah berakhir sejak lama. Kalau bukan karena keyakinan yang kuat bahwa Sang Rasul mulia kini sedang menatap saya sambil tersenyum, mungkin sudah lama saya pergi dari sini.
Sering saya berfikir tentang perjalanan hidup yang sedang jalani. Kadang saya merasa bahwa kehidupan yang saya jalani sekarang ini-dengan orang lain yang berputar disekitar saya-layaknya sebuah film yang sedang diputar, dimana sayalah pemeran utamanya. Selesai satu peristiwa, datang lagi peristiwa berikutnya. Berputar menurut skenario yang telah dituliskan. Hingga kerap setiap kali selesai menempuh satu kejadian dalam hidup saya, terlintas dalam benak saya Ayo..bersiap untuk tantangan berikutnya. Sebuah lintasan yang menjadi pengingat saya untuk selalu bersiap dan waspada untuk menghadapi skenario selanjutnya.
Jika pun ada hal yang masih membuat saya bertahan dengan semua hal ini, adalah pemahaman bahwa skenario ini pasti ada ending-nya. Ending itulah yang menjadi misteri kehidupan saya yang paling besar, karena saya tidak pernah tahu ending macam apa yang akan saya dapatkan. Yang menggembirakan saya adalah adanya kenyataan penting bahwa saya bisa menentukan ending macam apa yang akan saya dapati. Sikap saya, pilihan-pilihan yang saya buat, respon saya pada semua yang datang pada saya, akan bisa menentukan apakah ending ini akan dihiasi oleh senyuman kemenangan atau akan diakhiri dengan tangisan abadi penuh penyesalan.
Pernah saya coba back flash kehidupan saya yang sudah saya lewati. Ternyata sudah begitu banyak hal yang saya lewati. Ada yang membuat sesak, ada yang membuat jenuh, hingga tidak jarang mengundang emosi. Namun tidak jarang pula episode-episode yang datang menyisakan hikmah kebaikan yang begitu dahsyat diujungnya. Meninggalkan kesan yang begitu indah. Syukur pun kerap terucap atas rizki-Nya yang telah menggariskan episode kehidupan ini.
Kini saya mengamati diri saya sendiri. Saya dapati ternyata diri ini masih mampu berdiri, masih mampu untuk berjalan, berlari dan melakukan aktivitas lainnya. Masih bisa bangun pagi dan menatap matahari di hari itu. Masih bisa bertegur sapa dengan sesama insan. Masih bisa untuk bergerak, mencoba untuk memberikan apa yang bisa di lakukan untuk umat. Artinya saya baik-baik saja. Masih sehat wal afiat. Utuh sepenuhnya. Kondisi inilah yang akhirnya menyadarkan saya bahwa semua ujian hidup yang saya dapati, semua gelombang yang menyapa kapal kehidupan saya, selagi itu semua tidak membunuh saya maka semua itu hanya akan membuat saya semakin kuat. Semoga Allah Ta'alla selalu memberikan saya ilmu dan pemahaman akan setiap skenario yang diberikan-Nya pada saya.
InsyaAllah, sebentar lagi beres..Bertahanlah teman !!. Tak henti-hentinya saya menyemangati diri sendiri. Mencoba untuk berbincang dengan diri sendiri. Cukup ampuh memang, untuk menstimulan semangat yang kadang semakin tipis. Kalau bukan karena keinginan kuat untuk menjadi lelaki yang bertanggungjawab, mungkin perjuangan ini telah berakhir sejak lama. Kalau bukan karena keyakinan yang kuat bahwa Sang Rasul mulia kini sedang menatap saya sambil tersenyum, mungkin sudah lama saya pergi dari sini.
Sering saya berfikir tentang perjalanan hidup yang sedang jalani. Kadang saya merasa bahwa kehidupan yang saya jalani sekarang ini-dengan orang lain yang berputar disekitar saya-layaknya sebuah film yang sedang diputar, dimana sayalah pemeran utamanya. Selesai satu peristiwa, datang lagi peristiwa berikutnya. Berputar menurut skenario yang telah dituliskan. Hingga kerap setiap kali selesai menempuh satu kejadian dalam hidup saya, terlintas dalam benak saya Ayo..bersiap untuk tantangan berikutnya. Sebuah lintasan yang menjadi pengingat saya untuk selalu bersiap dan waspada untuk menghadapi skenario selanjutnya.
Jika pun ada hal yang masih membuat saya bertahan dengan semua hal ini, adalah pemahaman bahwa skenario ini pasti ada ending-nya. Ending itulah yang menjadi misteri kehidupan saya yang paling besar, karena saya tidak pernah tahu ending macam apa yang akan saya dapatkan. Yang menggembirakan saya adalah adanya kenyataan penting bahwa saya bisa menentukan ending macam apa yang akan saya dapati. Sikap saya, pilihan-pilihan yang saya buat, respon saya pada semua yang datang pada saya, akan bisa menentukan apakah ending ini akan dihiasi oleh senyuman kemenangan atau akan diakhiri dengan tangisan abadi penuh penyesalan.
Pernah saya coba back flash kehidupan saya yang sudah saya lewati. Ternyata sudah begitu banyak hal yang saya lewati. Ada yang membuat sesak, ada yang membuat jenuh, hingga tidak jarang mengundang emosi. Namun tidak jarang pula episode-episode yang datang menyisakan hikmah kebaikan yang begitu dahsyat diujungnya. Meninggalkan kesan yang begitu indah. Syukur pun kerap terucap atas rizki-Nya yang telah menggariskan episode kehidupan ini.
Kini saya mengamati diri saya sendiri. Saya dapati ternyata diri ini masih mampu berdiri, masih mampu untuk berjalan, berlari dan melakukan aktivitas lainnya. Masih bisa bangun pagi dan menatap matahari di hari itu. Masih bisa bertegur sapa dengan sesama insan. Masih bisa untuk bergerak, mencoba untuk memberikan apa yang bisa di lakukan untuk umat. Artinya saya baik-baik saja. Masih sehat wal afiat. Utuh sepenuhnya. Kondisi inilah yang akhirnya menyadarkan saya bahwa semua ujian hidup yang saya dapati, semua gelombang yang menyapa kapal kehidupan saya, selagi itu semua tidak membunuh saya maka semua itu hanya akan membuat saya semakin kuat. Semoga Allah Ta'alla selalu memberikan saya ilmu dan pemahaman akan setiap skenario yang diberikan-Nya pada saya.
Ass..Apa Kabarmu brother ?....
Stuju...saya stuju sekali dengan uangkapan dan curahan antum diatas. Kita memang pasti menghadapai dan mengalami berbagai episode kehidupan. Sakit itu wajar, sepertihalnya senang itu juga hal biasa. Tidak ada yang istimewa, juga tidak ada yang perlu didramatisir.
Hikmah itu memang ujung dari semuanya. Pasti ada hikmah. Pemahana akan adanya hikmag inilah sesungguhnya yang membuat kita selalu bisa tersenyum menghadapai setiap episode yang terus bergilir, walau pada awalnya mungkin ada kesedihan dan air mata.
Sampai detik ini, dalam setiap perenungan saya, saya selalu merasa bahwa ujung dari setiap peristiwa adalah semata berisi Cinta dan Kasih sayang dari Tuhan kita akhi.
Setiap masalah pasti berujung penyelesaian dan kesenangan, seperti halnya ketika ada kesenangan kita juga harus bersiap tuk menghadapi masalah yang akan segera menjelang.
Setelah malam,pasti akan berganti siang, demikian juga sebaliknya. Ketika sebuah karet sudah teregang, disitulah saatnya karet itu akan terputus.
Setiap kita menghadapi masalah, ingatlah jika kita toh dulu pernah mengadapi sebuah masalah yang mungkin lebih berat dibandingkan masalah yang kini kita hadapi, tapi toh ujungnya selesai juga permasalahan tersebut.
Benar apa kata Amru Kholid dalam buku Sebenih Mata Air, Jika di dunia ini tidak ada kebahagiaan yang sempurna. Hanya di Surga lah adanya kebahagiaan yang sempurna itu.
Wallahhualam...
With Love...
Your Bro..Rafi..