<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d20262286\x26blogName\x3ddeepheart\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://punyahasan.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://punyahasan.blogspot.com/\x26vt\x3d1302758872242214304', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Diatas Balkon, Terumuskan Segalanya...

Menjelang waktu shubuh
Kulangkahkan kaki menuju balkon rumahku. Mencoba untuk mencari fenomena lain dari sketsa di malam hari. Kutapaki satu-satu anak tangga yang ada. Berbaring diatas balkon tanpa beralaskan apa-apa. Baru kusadari udara Jakarta di sepertiga malam terakhir begitu dingin. Kutatap tepat diatasku langit masih gelap. Banyak bintang yang terlihat. Salah satunya terlihat sangat terang, mungkin bintang itu yang paling dekat dengan bumi ini. Bintang itu menatapku.

Kuberanikan diri berbicara dengannya.
Ada apa..kenapa menatapku seperti itu..?”
Bintang itu diam. Sambil terus menatapku

“Bingung ya harus jawab apa !?..gak pa pa aku juga lagi bingung koq..!


Keheningan yang berpadu dengan udara dingin menghadirkan sensasi indah. Sensasi yang memaksaku untuk memutar kembali slide-slide film yang selama ini ada dalam hidupku, dimana akulah pemain utamanya.
1-4 tahun... di Makasar, mmm..sudah lupa apa yang terjadi
5-11 tahun...biasa saja
12-15 tahun... kujalani dengan selamat
16-19 tahun....mmm, mulai kenal kesibukan masa SMU; Bimbel, OSIS, cari temen, Bimbel lagi
20 tahun-sekarang...wow, menakjubkan. Bersemangat, berkeringat, mendidih, mulai kenal sama birokrasi kampus, networking, mulai mengenal kematian--saat banyak teman sebaya meninggal lebih dulu--, sudah melihat dengan mata kepala sendiri betapa culasnya manusia, banyak bertemu manusia yang memakai topeng.

Hati inipun mulai bermuhasabah. Teringat semua prestasi-prestasi yang selama ini didapat. Tapi, tak sedikit pula duka yang ada. Waktu yang terbuang Amanah-amanah yang dilalaikan. Janji-janji yang dilanggar. Ucapan-ucapan yang tidak seharusnya terucap. Menyakiti orang lain, merendahkan, sombong, belum lagi keluarga yang luput dari perhatian. Orang-orang terdekat yang seharusnya menjadi perhatian utama, dikalahkan oleh urusan orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya sama sekali. Bodoh

“Allah... sehina itukah diri hamba?

Setelah puas menelanjangi semua keburukan diri, dengan santun hati ini mulai mulai membimbing. Menawarkan semua solusi yang kiranya dapat membantu mengobati semua penyesalan diri, sambil membantu membuat pagar untuk menghalau kebiasaan-kebiasaan buruk yang selama ini kerap dilakukan. Sambil berdzikir pada-Nya...mulai kujalin semua rumusan-rumusan hidup yang aku perlukan. Tak lama, rumusan-rumusan itu mulai memperlihatkan bentuknya. Rumusan tentang cita-cita, rumusan tentang sikap, rumusan tentang janji, rumusan tentang perhatian. Masih sulit dimengerti, tapi tidak apa-apa.


Adzan shubuh mengakhiri kesendirianku
Ya Allah..kusambut panggilan-Mu

Merendahlah Lebih Lama

Untuk kesekian kalinya saya melihat dirinya
Masih di shaf pertama di setiap shalat
Sudah beberapa malam ini, dia selalu menyempatkan diri untuk shalat di mushala dekat kos saya. Walaupun saya tahu tempat tinggalnya cukup jauh dari mushalla ini
Disetiap akhir shalat, selesai berdzikir pada-Nya
Saya lihat ia masih dengan kebiasannya, terpekur dengan posisi bersila. Lama sekali.

Satu persatu jamaah yang hadir, permisi dengan teratur..
Namun ia masih dengan diamnya...
Saya amati dari belakang...begitu khusyu, begitu tenang
Tiba-tiba ia bangkit, dan kembali melanjutkan audiensinya dengan sang Pencipta...
Saya eja tiap gerakan shalatnya..dan saya temukan bahwa sujudnya begitu lama, begitu mendekap, begitu merendah...

Awan hitam mulai menghiasai mata saya,
mengundang mendung yang dengan cepat datang menyapa..
Dia..laki-laki itu... telah mengajari saya
bagaimana seharusnya seorang beribadah pada-Nya...

Wahai diri merendahlah lebih lama

Ketika BERBICARA Menjadi Begitu MELELAHKAN

12 Maret 2006

Setelah semalaman saya menyiapkan handouts untuk peserta akhirnya saya melaju ke kampus pagi ini. Banyak orang yang harus saya temui hari ini, paling tidak sampai Dzuhur nanti. Beberapa hari yang lalu, 2 kepanitiaan dari dua organisasi yang berbeda meminta saya untuk menjadi pembicara dalam kegiatan yang mereka adakan. Teringat sebuah ucapan dari Ustadz Rahmat Abdullah ketika beliau diminta menjadi pembicara “Alhamdulillah..masih ada yang mau mendengarkan taujih dari manusia hina ini..”. Saya serahkan semua urusan hari ini pada-Nya, berharap kiranya Ia memberikan sedikit kekuatan-Nya pada saya.

Gedung 1. Pkl 08.30 WIB
Assalamu’alaikum...........

Gedung 2. Pkl 10.30 WIB
Assalamu’alaikum.......

Ba’ada Dzuhur.
Alhamdulillah amanah pagi ini sudah selesai. Moga bermanfaat bagi para peserta. Tapi, MasyaAllah...saya rasakan tubuh ini begitu lelah. Saya berfikir kenapa lelah ini begitu menghebat, padahal saya cuma duduk dan berbicara. Ruang tengah di kos-an saya menjadi saksi betapa diri ini mencoba untuk memejamkan mata dan berusaha untuk tidak sadarkan diri, walaupun gagal. Dan lelah itu masih menghebat sampai hari beranjak sore. Allah...moga ini adalah jawaban atas istigfar hamba.

LELAH TAPI INDAH




© 2006 deepheart | Blogger Templates by GeckoandFly.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.
Learn how to make money online | First Aid and Health Information at Medical Health