Saat seorang Shalahuddin disapa oleh kejenuhan akan berjuang, saat jiwanya bertanya “Dimana kemenangan itu?”, seorang sahabat menasihatinya;
“Sesungguhnya kita didatangi (musuh) dari arah diri kita sendiri dan andaikan kita membenarkan-Nya, niscaya Dia akan menyegerakan dengan sebab kejujuran kita. Andaikan kita menaati-Nya, niscaya Dia tidak menghukum kita dengan musuh kita. Andaikan kita melaksanakan perintah-Nya yang mampu kita laksanakan, niscaya Dia melaksanakan untuk kita sesuatu yang kita tidak mampu melaksankannya kecuali dengan pertolongan-Nya.
Janganlah seseorang membantah kecuali terhadap amal perbuatannya sendiri, janganlah mencela kecuali terhadap dirinya sendiri, dan janganlah berharap kecuali kepada Tuhannya. Tidaklah dapat dinantikan bahwa pasukan akan bertambah banyak, tidak pula harta kecuali ia akan datang. Tidak juga dapat dinantikan bahwa si Fulan akan ikut berperang. Semua itu adalah hal-hal yang dapat melupakan Allah Ta’alla. Kemenangan bukanlah karena hal-hal tersebut dan khawatir jika Allah Ta’alla menyerahkan kita kepada hal-hal tersebut. Kemenangan adalah bersama-Nya dan karena belas kasihan-Nya. Kebiasaan yang baik bagi-Nya adalah jika kita memohon ampun kepada-Nya dari dosa-dosa kita. Andaikan dosa-dosa itu tidak menjadi alat penutup jalan doa kita, niscaya jawaban doa kita telah turun dan limpahan air mata orang-orang yang khusyu telah dibasuh. Akan tetapi, di tengan jalan ada penghalang. Mudah-mudahan Allah Subhanallah waTa’ala memilihkan yang baik bagi tuan kami (Shalahudin) dalam qadha yang terdahulu dan yang akan terjadi.
0 Responses to “”