Assalamualaikum wr wb
Kepada Bapak Ibu Kakak sekalian, saya mohon bantuannya untuk biaya sekolah dan makan sehari-hari. Atas bantuannya saya ucapkan terima kasih
(Wassalam)
Saya baca tulisan yang tertera pada amplop lusuh yang diberikannya pada saya. Tak lama kemudian terdengar suara nyaring perempuan kecil menyanyikan beberapa lagu. Pandangan saya kembali tertuju pada amplop yang saya pegang. Entah sudah berapa ratus tangan yang sudah hinggap di amplop itu, yang pasti dari bentuk serta warnanya yang sudah kusam bukan satu atau dua orang yang sudah menjamahnya. Dulu setiap kali menjumpai moment seperti ini, selalu mampir di benak saya perasaan curiga pada anak-anak jalanan ini. Benarkah ia memang benar anak jalanan? Benarkah ia sudah tidak punya orang tua, atau ia hanya korban kemalasan orang tuanya? Benarkah ia sekolah? Benarkah uang yang saya berikan tidak akan ia gunakan untuk membeli barang-barang yang haram? Dan masih banyak lagi prasangka buruk lain yang selalu hinggap. Sampai akhirnya saya sadar, semua prasangka buruk itu tidak membantu anak-anak itu sedikitpun.
Kesekian kalinya di dalam perjalanan, saya ditemani oleh anak-anak jalanan. Baru kali ini pula ada anak jalanan yang mencantumkan namanya dalam ‘amplop saktinya’. Semoga ini merupakan merupakan pertanda makin membaiknya etika kehidupan jalanan di kota jakarta ini.
Saya teringat dengan dialog yang saya lakukan dengan seorang teman kuliah dalam perjalanan pulang sehabis praktikum. Teman saya complain ketika di perhentian lampu merah saya membuka kaca mobil untuk memberikan sekedar uang kepada anak jalanan yang menghampiri mobil yang kami naiki. “Ngapain sih ngasih uang..mereka tuh diorganisir tau.. mereka tuh bohong... “ Ucap teman saya.
Teman saya tidak seratus persen salah. Saya pernah membaca sebuah tulisan yang mengupas masalah organisasi dikalangan anak jalanan. Mereka dipimpin oleh seorang dewasa yang mereka jadikan bos/mandor mereka. Entah apa yang diberikan bos mereka itu sampai anak-anak jalanan itu mau patuh padanya. Keheranan saya pun bertambah ketika saya temukan kenyataan bahwa tidak sedikit kepatuhan yang mereka berikan pada Bos mereka hanyalah dikarenakan ketakutan mereka akan perlakuan kasar yang kerap mereka terima. Saya hanya berharap uang yang saya berikan (yang memang sudah menjadi rezekinya) bisa ia gunakan untuk mengisi perutnya. Semoga sore nanti tidak ia jalani dengan kondisi perut yang lapar.
Anita kecil menyadarkan saya bahwa akan sangat banyak hal akan ditanyakan pada saya di hari akhir nanti. Pada pemimpin negeri ini, juga orang-orang yang melihat fenomena ini dan memahaminya, semua dari kita akan dimintai pertanggungjawaban. Anita kecil juga menyadarkan bahwa betapa Allah telah melimpahkan begitu banyak rezekinya pada saya.
Anita... moga Allah selalu menjagamu...
0 Responses to “”