Published by jundihasan
on 6.1.06 at 9:11 AM.
Saat Kita Sendiri…
Kahfi baru saja melangkahkan kaki keluar dari lingkungan kampus, menuju ke tempat dimana ia dapat melepaskan semua penatnya (kos-an). Sepanjang jalan menuju tujuannya, terjadi sesuatu yang indah dalam qalbunya. Tubuhnya yang terasa penat serta kepala yang terasa berat tidak mampu untuk menghentikan gerak lintasan dalm qalbunya--qalbu yang selalu terjaga dengan nilai-nilai bernuansa ruhiyah--.”Rabb…inikah yang dirasakan oleh para pendahulu kami…inikah yang telah Engkau janjikan untuk kami” benaknya.
Apa yang Kahfi lakukan hari ini tidak jauh berbeda dengan tiga hari sebelumnya. Menyelesaikan surat-surat izin untuk tugas akhir akademiknya. Birokrasi yang ia hadapi serta waktu yang begitu terbatas memaksanya untuk menyediakan keikhlasan dosis tinggi dalam hatinya. Apa yang dihadapinya sebetulnya tidak dirasakan sendiri olehnya, inipun dirasakan oleh saudara-saudaranya yang lain. Hal inilah yang sedikit banyak membuat ia merasa malu untuk bersikap lemah. Tausiah pun mengalir deras untuk dirinya sendiri.
Rasa malu sempat hinggap dihatinya, ketika teringat dengan prinsip-prinsip yang dipegangnya selama ini. Tidak sepatutnya semua aktivitas yang ia lakukan menjadikan ia melupakan akan makna dibalik itu semua. Apalah artinya prestasi bagus, harta duniawi yang melimpah serta pujian dari manusia, jika itu semua tidak membuat kita semakin pintar dalam mengingat-Nya. Apalagi jika dalam menyelesaikan semua persoalan duniawi tersebut kita hanya mengandalkan rasio kita yang terbatas. Teringatlah ia akan sirah-sirah nabawiyah yang dibacanya, yang membuktikan bahwa hitungan matematis tidak berlaku ketika dihadapkan pada kekuatan keimanan. Qalbunya pun meminta untuk terus bermuhasabah.
”Allah...di sore ini kuhitung amalku..
yang telah kulakukan hari ini..
Terimalah kebaikanku...
Hapuskan dosaku...
Ya Allah..kabulkan doaku...”
Hati terdalamnya diam-diam melantunkan bait-bait Suara Persaudaraan. Suasana ”kesendirian” yang ia alami menjadikan ia harus menyediakan kesabaran untuk selalu menyemangati diri sendiri. Lain rasanya ketika saudara-saudaranya masih sering berada disisinya. Akan selalu tersedia sambutan hangat, rangkulan penyemangat, serta tausiah padat yang akan ia dapatkan-baik ia meminta maupun tidak-. Kini kedewasaannya benar-benar teruji. Seakan-akan siuasi ini adalah moment untuk membuktikan apakah ia memahami dengan benar semua materi-materi halaqoh yang ia terima.
Langkahnya-pun semakin cepat seiring dengan langit yang semakin gelap. Teringat ia akan amal yaummi yang belum ia sempurnakan...”Ya Allah...belum satu juz..!!
Ayo terusin nulis blognya!!!
siipp..kasi info ya kalo ada blog things ya keren2