Berdirilah Diatas Kakimu Sendiri
Frame 1
Seorang teman dekat. Sangat dekat bahkan. Tiba-tiba memalingkan wajah saat bertemu di kampus. ”Ada apa ya..?” benak saya. ”Apa salah saya?..”Sikap saya ada yang salah?” ”Atau ucapan saya?”. Selanjutnya hujan pertanyaan dan badai prasangka menerpa jiwa saya. Bisa diterka, hari saya tersebut menjadi hari yang kelabu, gak bersemangat.
Frame 2
MasyaAllah..coretannya begitu banyak. Saya pandangi proposal penelitian saya. Teringat pertemuan tadi pagi dengan dosen pembimbing. Ya...dosen tersebut menjalankan tugasnya dengan baik, mengkritisi proposal penelitian saya dan meluruskan segala yang perlu diluruskan. Tapi entah kenapa jiwa saya kadang salah dalam menafsirkannya. Satu yang saya ingat bahwa hari itu juga menjadi salah satu koleksi hari-hari kelabu saya.
Tiga tahun sudah saya mencoba untuk mempelajari satu hal yang sangat menarik bagi saya. Menarik, karena paling tidak dalam hidup saya banyak kejadian-kejadian yang sangat dipengaruhi oleh hal yang satu ini, KEJIWAAN. Dan saya mengambil diri saya sendiri menjadi objek penelitian. Saya amati, rasakan, analisa, dan catat dengan baik semua gerakan jiwa ini. Apa-apa yang membuat jiwa ini senang, yang membuat jiwa ini sedih, serta segala penyebab ’cuaca’ jiwa yang lain, telah saya coba deteksi dengan seksama. Banyak yang saya dapati, namun lebih banyak lagi yang masih menjadi misteri.
Dua frame dalam hidup saya diatas adalah contoh dalam catatan penelitian kejiwaan saya. Ketika apa yang dilakukan oleh orang lain, sangat mempengaruhi ’warna’ hari saya. Hanya karena di cuekin teman, atau karena mendapatkan orang yang tidak setuju dengan apa yang kita fahami, menjadikan hidup kita tidak bersemangat, kelabu, gelap -seperti warna langit kota jakarta beberapa minggu yang lalu-.
Namun ditengah gejolak jiwa tersebut, saya tersadar betapa jiwa ini sangat tidak mandiri. Saya mendapatkan jiwa ini mudah goyah hanya karena apa yang dilakukan oleh orang lain. Padahal saya-lah yang seharusnya mengendalikan kondisi hati ini. Ketika saya marah, harusnya itu karena saya memutuskan untuk marah. Pun ketika saya sedih, harusnya karena saya telah memutuskan untuk sedih, bukan karena orang lain. Saya harus berdiri diatas kaki sendiri
Mulailah saya membenahi diri ini. Setiap kali ada yang mengusik hati saya, mencoba untuk menggoyah jiwa saya, saya tanyakan pada diri saya ”Apakah hanya karena hal sepele itu kamu akan merusak harimu ?”, “Apakah kamu akan membiarkan orang itu mengganggu hati kamu?”. Dan biasanya setelah menanyakan pertanyaan-pertanyaan itu, diri saya merasa lebih ringan.
0 Responses to “”