<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d20262286\x26blogName\x3ddeepheart\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://punyahasan.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://punyahasan.blogspot.com/\x26vt\x3d1302758872242214304', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

TESTOSTERON Yang GELISAH

Sebutlah namanya Zaghi. Atlet basket ini sedang gelisah, segelisah bola basket yang ia pantulkan berulang-ulang ke lantai gymnasium tempat ia sekarang berada. Sendirian, ia lewati malam di tempat itu. Sudah dua jam pertandingan usai. Ingatannya kembali pada saat-saat pertandingan masih berlangsung. Zaghi melihat satu sosok di salah satu bangku penonton. Sosok yang dulu sempat mendatangkan kenangan ‘indah’ dalam hidupnya. Sebuah kerinduan diam-diam mengalir dalam hatinya. Kerinduan yang seharusnya tidak boleh ada. Dengan payah Zaghi melangkahkan kaki menuju ruang ganti. Pergumulan dalam batinnya tak kunjung reda. Pengenalannya kini yang semakin sempurna akan Islam tidak memberikannya tempat sedikitpun untuk menyimpan cinta sebelum ikatan suci pernikahan diikrarkan. Dengan keras..Zaghi meninju tembok dihadapannya. Satu cara yang biasa ia lakukan untuk mengusir kegelisahan. “Allah...inilah hamba-Mu yang berusaha mendekat kepada-Mu..ringankan langkah hamba Ya Rabb” Zaghi yang kini sedang rapuh itu menangis.

***

Karan gelisah. Peluh didahinya kian menambah kesan akan sesuatu yang dahsyat sedang berkecamuk dalam batinnya. Berbaring ditempat tidurnya, Karan menerawang. Dinginnya malam tidak mampu mengurangi gerah suasana hatinya. Kajian keislaman yang tadi sore diikutinya memberikan bekas yang sangat jelas. Disampaikan padanya janji-janji Allah akan pemuda yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. Betapa Karan sangat ingin mendapatkan kemuliaan itu. Saat yang sama Karan pun bergidik. Teringat ia akan ancaman Allah pada manusia-manusia yang memperturutkan hawa nafsunya. Karan membalikkan tubuhnya kekanan dan kekiri, masih gelisah. Kehidupan yang dijalaninya kini benar-benar mengujinya. Teman-teman wanita di lingkungan tempat ia bekerja kerap mengusik fitrah laki-lakinya. Ada harapan besar dalam hatinya untuk segera mengakhiri kesendiriannya. “Bidadariku...dimanakah kau saat ini?” hati kecilnya mengembara. Sebuah pertanyaan yang entah ditujukan pada siapa. Karan pun membenamkan wajahnya dalam-dalam pada bantal untuk mengusir kegelisahannya.

***

Hembusan nafas Riffat terdengar berat. Terlihat jelas ia sedang gelisah. Betapa sulitnya hidup di kota seperti ini pikirnya. Baru saja ia menghadapi peperangan besar dalam jiwanya. Seorang wanita muda dengan pakaian minim duduk tepat dihadapannya, dalam angkutan kota yang ditumpanginya. Kecilnya ukuran angkutan kota ini membuat penumpang harus berhimpit dengan rapat, bahkan tidak jarang lutut harus bersentuhan dengan lutut penumpang didepannya. Mungkin karyawati bank swasta, pikir Riffat. Tapi dugaannya itu tidak membantunya sedikitpun . Rok mini yang dipakai wanita itu benar-benar membuatnya tidak tenang. Akhirnya, dengan sopan Riffat membentangkan koran yang dibawanya untuk menutupi lutut wanita itu, “Maaf ya Mba..!!” ucapnya. Perbuatan mengagumkan yang mendatangkan tatapan sinis penumpang lain khususnya yang laki-laki, tapi juga mendatangkan malaikat yang memberikan tepukan halus di pundak kanan Riffat. “Good job...!” malaikat itu berbisik.

***

Di tiga tempat yang berbeda. Tiga lelaki yang sempat dihinggapi kegelisahan, kini mulai tenang. Di tempat tidur mereka masing-masing, mereka menutup harinya. Entah bagaimana bisa terjadi, tiga lelaki yang tidak mengenal satu dengan yang lain mengucapkan doa yang sama “Ya Rabb..izinkan hamba menjadi lelaki shalih”. Serentak mereka menutup matanya.

1 Responses to “TESTOSTERON Yang GELISAH”

  1. # Blogger haikal

    judulnya agak aneh dan provokatif!
    tp isinya indah dan santun :)  

Post a Comment



© 2006 deepheart | Blogger Templates by GeckoandFly.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.
Learn how to make money online | First Aid and Health Information at Medical Health