Alhamdulillah..
kupanjatkan syukurku pada sang Khalik. Satu lagi hari dapat kulalui dengan baik. Kuamati sekeliling, kantor memang sudah sepi dari tadi. Sambil menunggu komputer padam sempurna, perlahan kurapikan berkas-berkas yang bertebaran di meja kerjaku. Mengelompokkannya dan meletakkannya pada tempatnya semula. Momen pulang kantor kadang membuatku tersenyum. Saat benda-benda di sekitarku seakan-akan bisa berbicara;
Hei..jundihasan..semoga Allah meridhoi-Mu karena telah mengunjungiku hari ini. Terimakasih ya. ucap sang kursi. Ku balas dengan senyum.
jundihasan…semangat ya !! jangan biarkan dunia membuat hatimu sedih..bersabarlah dengan ujian-Nya ya !
Oh, aku kenal suara itu. Itu pasti suara si gelas bening. Darinya aku minum saat dahaga mulai terasa. Air dingin yang ia berikan cukup manjur untuk menghilangkan rasa kantuk dan malas yang kerap hadir.
Kulangkahkan kaki menuju lorong tempat dimana lift berada. Kutekan tombol. Kemudian menunggu.
Detik-detik menunggu lift menjemputku, kulayangkan pandanganku keluar. Melalui jendela kaca di lorong ini, kuamati dunia. Kawasan Thamrin memang diwarnai oleh gedung-gedung tinggi. Mereka berdiri seperti sedang berlomba menulis di langit. Kulihat, langit Thamrin mendung dengan butiran gerimis yang perlahan mulai jatuh. Subhanallah, sungguh fenomena yang begitu indah.
Dulu…saat remaja, aku sering menikmati hujan di malam hari. Berdiri di bawah lampu merkuri di sisi jalan, menengadah ke atas, mengamati butiran-butiran hujan jatuh dan tawaku tergelak ketika butirannya menyentuh wajahku. Begitu indah…
Kini, fenomena yang serupa kutemukan di sini. Memandangi gerimis. Di lokasi yang jauh dari rumahku dan usia yang sudah bukan remaja lagi. Aku kembali bisa menikmati butiran-butiran hujan jatuh, namun kalau dulu aku mengamatinya dari bawah lampu merkuri, kini kunikmati gerimis ini dari lantai 17 kantorku. Butiran hujan jatuh dan menyapa orang-orang di bawah sana.
Dari tempatku berdiri, tubuh-tubuh besar di bawah sana terlihat sangat kecil.
Kulihat di sana, pengendara motor yang terlihat kecil
Ada juga para pejalan kaki, juga terlihat kecil.
Ternyata Manusia memang sangat kecil. Di hadapan-Nya, ternyata kita tidak berdaya
Melihat orang-orang yang berjuang di bawah sana. Syukur mekar di hatiku. Terimakasih ya Allah…begitu banyak hikmah yang telah Engkau berikan padaku
Dunia kerja yang saat ini kujalani menyadarkanku banyak hal. Sadar bahwa menjemput rezeki-Nya memerlukan sebuah perjuangan. Bingkisan dari Allah itu tidak akan turun begitu saja dari langit. Ia datang seiring dengan doa dan usaha yang aku curahkan.
Kesadaran inilah yang akhirnya menjadikan hatiku kian utuh. Semoga.
Utuh memahami kondisi orang lain yang sama-sama sedang berjuang. Hati mulai belajar menaruh hormat pada para pedagang asongan yang kerap muncul di bis yang aku tumpangi. Begitu sulitnya hidup mereka. Jangankan ruang kerja ber-AC, penghasilan yang berlimpah, atau promosi kenaikan jabatan. Jalanan yang menjadi ruang kerja mereka, terkadang tidak memberikan apapun selain kehidupan yang semakin mengeraskan hati.
Hati juga mulai belajar merasakan badai yang ada dalam hati para supir angkot. Terkadang ada geram yang berkecambah ketika angkot yang kutumpangi tidak juga melajukan roda hitamnya. MasyaAllah..lama sekali ngetemnya!. Wajah sang bos angkot yang menuntut setoran, berpadu dengan binar mata anak-anaknya yang menanti bapaknya pulang membawa uang jajan, kuyakin menghiasi benaknya saat ini. Allah…jika ia adalah hamba yang beriman pada-Mu, mudahkan urusannya ya Rabb…
Tiiingng!!
Bunyi lift yang tiba membuatku terhenyak. Perlahan pintunya pun terbuka. Kulangkahkan kakiku masuk kedalamnya. Moga esok hari lebih baik. Moga esok, hati ini kian utuh.
Bismillah.
Thamrin, Juni 2007
kupanjatkan syukurku pada sang Khalik. Satu lagi hari dapat kulalui dengan baik. Kuamati sekeliling, kantor memang sudah sepi dari tadi. Sambil menunggu komputer padam sempurna, perlahan kurapikan berkas-berkas yang bertebaran di meja kerjaku. Mengelompokkannya dan meletakkannya pada tempatnya semula. Momen pulang kantor kadang membuatku tersenyum. Saat benda-benda di sekitarku seakan-akan bisa berbicara;
Hei..jundihasan..semoga Allah meridhoi-Mu karena telah mengunjungiku hari ini. Terimakasih ya. ucap sang kursi. Ku balas dengan senyum.
jundihasan…semangat ya !! jangan biarkan dunia membuat hatimu sedih..bersabarlah dengan ujian-Nya ya !
Oh, aku kenal suara itu. Itu pasti suara si gelas bening. Darinya aku minum saat dahaga mulai terasa. Air dingin yang ia berikan cukup manjur untuk menghilangkan rasa kantuk dan malas yang kerap hadir.
Kulangkahkan kaki menuju lorong tempat dimana lift berada. Kutekan tombol. Kemudian menunggu.
Detik-detik menunggu lift menjemputku, kulayangkan pandanganku keluar. Melalui jendela kaca di lorong ini, kuamati dunia. Kawasan Thamrin memang diwarnai oleh gedung-gedung tinggi. Mereka berdiri seperti sedang berlomba menulis di langit. Kulihat, langit Thamrin mendung dengan butiran gerimis yang perlahan mulai jatuh. Subhanallah, sungguh fenomena yang begitu indah.
Dulu…saat remaja, aku sering menikmati hujan di malam hari. Berdiri di bawah lampu merkuri di sisi jalan, menengadah ke atas, mengamati butiran-butiran hujan jatuh dan tawaku tergelak ketika butirannya menyentuh wajahku. Begitu indah…
Kini, fenomena yang serupa kutemukan di sini. Memandangi gerimis. Di lokasi yang jauh dari rumahku dan usia yang sudah bukan remaja lagi. Aku kembali bisa menikmati butiran-butiran hujan jatuh, namun kalau dulu aku mengamatinya dari bawah lampu merkuri, kini kunikmati gerimis ini dari lantai 17 kantorku. Butiran hujan jatuh dan menyapa orang-orang di bawah sana.
Dari tempatku berdiri, tubuh-tubuh besar di bawah sana terlihat sangat kecil.
Kulihat di sana, pengendara motor yang terlihat kecil
Ada juga para pejalan kaki, juga terlihat kecil.
Ternyata Manusia memang sangat kecil. Di hadapan-Nya, ternyata kita tidak berdaya
Melihat orang-orang yang berjuang di bawah sana. Syukur mekar di hatiku. Terimakasih ya Allah…begitu banyak hikmah yang telah Engkau berikan padaku
Dunia kerja yang saat ini kujalani menyadarkanku banyak hal. Sadar bahwa menjemput rezeki-Nya memerlukan sebuah perjuangan. Bingkisan dari Allah itu tidak akan turun begitu saja dari langit. Ia datang seiring dengan doa dan usaha yang aku curahkan.
Kesadaran inilah yang akhirnya menjadikan hatiku kian utuh. Semoga.
Utuh memahami kondisi orang lain yang sama-sama sedang berjuang. Hati mulai belajar menaruh hormat pada para pedagang asongan yang kerap muncul di bis yang aku tumpangi. Begitu sulitnya hidup mereka. Jangankan ruang kerja ber-AC, penghasilan yang berlimpah, atau promosi kenaikan jabatan. Jalanan yang menjadi ruang kerja mereka, terkadang tidak memberikan apapun selain kehidupan yang semakin mengeraskan hati.
Hati juga mulai belajar merasakan badai yang ada dalam hati para supir angkot. Terkadang ada geram yang berkecambah ketika angkot yang kutumpangi tidak juga melajukan roda hitamnya. MasyaAllah..lama sekali ngetemnya!. Wajah sang bos angkot yang menuntut setoran, berpadu dengan binar mata anak-anaknya yang menanti bapaknya pulang membawa uang jajan, kuyakin menghiasi benaknya saat ini. Allah…jika ia adalah hamba yang beriman pada-Mu, mudahkan urusannya ya Rabb…
Tiiingng!!
Bunyi lift yang tiba membuatku terhenyak. Perlahan pintunya pun terbuka. Kulangkahkan kakiku masuk kedalamnya. Moga esok hari lebih baik. Moga esok, hati ini kian utuh.
Bismillah.
Thamrin, Juni 2007
Subkhannallah akhi...banyak hal yang ana pelajari hari ini dari antum, ternyata banyak hal yang Allah berikan pada kita dan terkadang itu tidak kita bahkan terlupa kita mensyukurinya. Semoga kita termasuk orang-orang yang gemar bersyukur, amien. ana sellau merindukanmu,kapan kita bisa kumpul lagi di bogor ya akh...naek angkot bareng, makan di warteg bareng duh...indahnya ukhuwah itu