Jalannya mantap. Sangat optimis. Meskipun hari terlihat agak mendung, tak terlihat sedikitpun gumpalan awan hitam dimatanya. Di langit terlihat sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Sesekali ia tersenyum pada lalu lalang orang-orang yang lewat. Berusaha menjajakan dagangannya. Bermacam-macam barang dalam kotak kayu besar yang dibawanya.
Ku amati lebih seksama. Wajahnya begitu bercahaya. Tertarik dengan dirinya. Kuhampiri sosok itu. Berusaha menyapa.
Ada yang bisa saya bantu? ucapnya. Ramah.
Saya mencari sesuatu. Mungkin Anda menjualnya. kataku.
Anda terlihat lelah. Istirahatlah sejenak disini. Ajaknya, sambil menyilahkanku duduk bersamanya di kursi taman ini.
Kujelaskan padanya. Benar. Aku memang sedang lelah. Sangat lelah.
Anda jual tali? tanyaku.
Oh ada. Butuh berapa meter? ia balik bertanya
Untuk sampai ke langit, butuh berapa meter ya ?tanyaku lagi. Tidak sungguh-sungguh.
Sosok itu tersenyum. Diam. Ia pun mulai menyadari ada sesuatu dalam ucapanku.
Tali sepanjang itu untuk apa? tanyanya lagi. Sama, tidak bersungguh-sungguh.
Saya ingin memanjat sampai ke langit. Kusampaikan niatku. Niat untuk bisa bertemu dengan Sang Penguasa Alam. Karena memang banyak sekali yang ingin aku bicarakan dengan-Nya. Tentang keluarga. Tentang pekerjaan. Tentang persahabatan. Banyak sekali yang kurasakan tidak beres.
Saya mengerti, ucapnya mantap.
Kutatap wajahnya. Benarkah. Benarkah ia mengerti.
Tapi yang kau butuhkan bukan tali !.
Ini yang kau butuhkan !. Sosok itu memberiku sebuah gulungan berwarna coklat. Kuamati dengan seksama. Gulungan coklat yang indah. Terbuat dari kulit kayu. Diikat dengan akar tipis tapi kuat.
Bawalah pulang. Itu bisa membantumu,sarannya.
Di rumah kubuka gulungan indah itu. Langit diluar sana sudah gelap. Kulihat apa yang ada dalam gulungan itu. Tertera sebuah tulisan. Kubaca.
Bagai ada embun pegunungan yang disiramkan ke hatiku. Menyisakan satu kesejukan disana.
Kutemukan jawaban dari semua pertanyaanku.
Orang itu benar. Aku memang gak butuh tali.
(sebuah gulungan tergeletak di meja kamar seorang lelaki. Sebuah gulungan coklat yang indah. Terbuat dari kulit kayu dilengkapi akar untuk mengikat. Tertoreh sebuah jejak tulisan disana : Jika kau ingin bertemu dan berbincang dengan-Nya, bangunlah sebelum fajar tiba. Awali dengan 2 rakaat yang sederhana. Lanjutkan dengan istigfar. Kemudian biarkan hati bertanya pada dirimu sendiri, Apa yang sebenarnya terjadi padamu teman?. Saat itulah Ia akan berbincang denganmu)
u Abangku: mungkin ini bisa sedikit membantu.semoga
***
[pict from deviantart.com]
Sesekali ia tersenyum pada lalu lalang orang-orang yang lewat. Berusaha menjajakan dagangannya. Bermacam-macam barang dalam kotak kayu besar yang dibawanya.
Ku amati lebih seksama. Wajahnya begitu bercahaya. Tertarik dengan dirinya. Kuhampiri sosok itu. Berusaha menyapa.
Ada yang bisa saya bantu? ucapnya. Ramah.
Saya mencari sesuatu. Mungkin Anda menjualnya. kataku.
Anda terlihat lelah. Istirahatlah sejenak disini. Ajaknya, sambil menyilahkanku duduk bersamanya di kursi taman ini.
Kujelaskan padanya. Benar. Aku memang sedang lelah. Sangat lelah.
Anda jual tali? tanyaku.
Oh ada. Butuh berapa meter? ia balik bertanya
Untuk sampai ke langit, butuh berapa meter ya ?tanyaku lagi. Tidak sungguh-sungguh.
Sosok itu tersenyum. Diam. Ia pun mulai menyadari ada sesuatu dalam ucapanku.
Tali sepanjang itu untuk apa? tanyanya lagi. Sama, tidak bersungguh-sungguh.
Saya ingin memanjat sampai ke langit. Kusampaikan niatku. Niat untuk bisa bertemu dengan Sang Penguasa Alam. Karena memang banyak sekali yang ingin aku bicarakan dengan-Nya. Tentang keluarga. Tentang pekerjaan. Tentang persahabatan. Banyak sekali yang kurasakan tidak beres.
Saya mengerti, ucapnya mantap.
Kutatap wajahnya. Benarkah. Benarkah ia mengerti.
Tapi yang kau butuhkan bukan tali !.
Ini yang kau butuhkan !. Sosok itu memberiku sebuah gulungan berwarna coklat. Kuamati dengan seksama. Gulungan coklat yang indah. Terbuat dari kulit kayu. Diikat dengan akar tipis tapi kuat.
Bawalah pulang. Itu bisa membantumu,sarannya.
Di rumah kubuka gulungan indah itu. Langit diluar sana sudah gelap. Kulihat apa yang ada dalam gulungan itu. Tertera sebuah tulisan. Kubaca.
Bagai ada embun pegunungan yang disiramkan ke hatiku. Menyisakan satu kesejukan disana.
Kutemukan jawaban dari semua pertanyaanku.
Orang itu benar. Aku memang gak butuh tali.
(sebuah gulungan tergeletak di meja kamar seorang lelaki. Sebuah gulungan coklat yang indah. Terbuat dari kulit kayu dilengkapi akar untuk mengikat. Tertoreh sebuah jejak tulisan disana : Jika kau ingin bertemu dan berbincang dengan-Nya, bangunlah sebelum fajar tiba. Awali dengan 2 rakaat yang sederhana. Lanjutkan dengan istigfar. Kemudian biarkan hati bertanya pada dirimu sendiri, Apa yang sebenarnya terjadi padamu teman?. Saat itulah Ia akan berbincang denganmu)
u Abangku: mungkin ini bisa sedikit membantu.semoga
***
[pict from deviantart.com]
syukron akhi, udah lama saya kehilangan momen itu :(