<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d20262286\x26blogName\x3ddeepheart\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://punyahasan.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://punyahasan.blogspot.com/\x26vt\x3d1302758872242214304', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Gelap, Meraba, Saya Menyukainya

Saya tidak tahu persis sejak kapan saya menyukainya. Namun kehadirannya menyadarkan saya bahwa tidak semua kegelapan itu tidak menyenangkan. Ada satu gelap yang saya suka.

Kamar yang gelap. Satu tempat yang minim cahaya. Hanya satu dua garis cahaya yang menepi lewat lubang ventilasi udara. Tempat dimana saya memilih untuk menutup hari dan memejamkan mata.

Gelapnya yang sempurna membantu saya tidur lebih nyenyak. Sering pula mimpi indah terangkai di tempat ini.

Seringkali saat lisan sudah mengucap bismikka allahuma ahya wa bismika wa amut, kemudian dua telapak tangan mengusap wajah, tak saya temukan siluet telapak tangan di hadapan.

Karena ini kamar yang gelap. Dan saya menyukainya.

Kamar yang gelap juga sering menghadirkan lelucon subuh. Saat seorang lelaki bangun dari mimpinya, dan langsung meraba-raba sekelilingnya, mencari HP untuk melihat jam. Bangun jika memang sudah waktunya bangun, tapi lebih sering terlelap kembali. NakalPhotobucket - Video and Image Hosting

Kamar yang gelap. Saya menyukainya.

Ustadz bilang di surga nanti kita boleh minta apa aja pada Allah. Wah senangnya.

Maka salah satu yang akan saya pinta dengan sopan pada Allah selain susu coklat hangat (yang ini gak boleh sampe lupa Photobucket - Video and Image Hosting ) adalah kamar yang gelap. Tempat saya beristirahat sejenak setelah melewati perjalanan panjang di dunia. (Ya Allah, kabulkanlah)

Tidak semua kegelapan itu tidak menyenangkan. Ada satu gelap yang saya suka. Kamar gelap. Tempat dimana saya memilih untuk menutup hari dan memejamkan mata. Gelapnya yang sempurna membantu saya untuk tidur lebih nyenyak.

---

[pict from deviantart.com]

Satu CINTA di pertengahan FEBRUARI

Maukah kau menemaniku hari ini?. Aku butuh kamu di sampingku. Aku ingin mengajakmu mengembara. Pergi ke satu waktu. Ke satu tempat. Dua elemen yang akhirnya bergabung menjadi satu potongan episode terindah dalam hidup saya. 25 tahun yang lalu.


Saat itu satu tubuh terbaring lemah. Lemah yang bertambah-tambah. Deraan sakit menemani. Rona cemas menghiasi wajah. Seribu pertanyaan menggelayut di kepala. Terwakilkan oleh dua pertanyaan maha dahsyat . Apakah ia akan selamat?. Apakah buah cintanya juga akan selamat?. Keringat mengalir di sekujur kening dan lehernya. Begitu tak berdaya.


Satu dokter membantunya. Beberapa perawat berusaha menenangkannya. Dan saat-saat kritis itupun akhirnya tiba. Satu erangan keras disusul satu tangis kecil memenuhi satu arena pertaruhan nyawa. (Di lapis langit entah yang ke berapa, satu lagi kitab catatan disiapkan. Pertanda lahir satu anak Adam yang baru)


Rona cemas perlahan memudar. Digantikan satu rona bahagia.

Tapi rona bahagia sepertinya belum bisa sempurna menyapanya.

Rasa sakit kembali mendera. Rona cemas kembali datang.

Ya Allah

kembar !

Wanita ini melahirkan bayi kembar.

(ternyata kitab catatan yang disiapkan bukan satu, tapi dua. Diletakkan bersisian dengan kitab catatan sebelumnya. Pertanda lahir pula anak Adam yang lain)

***

Itulah kenapa saya menyebutnya sebagai potongan episode terindah dalam hidup saya. Pertengahan Februari, 25 tahun yang lalu. Seorang wanita melahirkan bayi kembar. Bayi kembar itu selamat, ibunya pun selamat.

Jadi jika setiap tanggal 14 Februari banyak sms yang masuk ke handphone saya, banyak ucapan selamat yang diberikan pada saya ; Hasan..Met Milad ya Bro.. dan ucapan-ucapan sejenis lainnya. Saya biasanya tersenyum dan berterimakasih.

Hari ini memang menjadi hari penting bagi saya. Tapi bukan karena hari ini adalah hari lahir saya. Tapi hari ini menjadi begitu penting karena tepat di tanggal yang sama, 25 tahun silam, ada seorang wanita yang berjuang mempertaruhkan nyawanya demi saya. Memberikan kepada saya satu bentuk cinta.

satu cinta di pertengahan Februari.

***

[pict from devianart.com]


Gulungan coklat indah

Jalannya mantap. Sangat optimis. Meskipun hari terlihat agak mendung, tak terlihat sedikitpun gumpalan awan hitam dimatanya. Di langit terlihat sebentar lagi matahari akan tenggelam.

Sesekali ia tersenyum pada lalu lalang orang-orang yang lewat. Berusaha menjajakan dagangannya. Bermacam-macam barang dalam kotak kayu besar yang dibawanya.

Ku amati lebih seksama. Wajahnya begitu bercahaya. Tertarik dengan dirinya. Kuhampiri sosok itu. Berusaha menyapa.

Ada yang bisa saya bantu? ucapnya. Ramah.

Saya mencari sesuatu. Mungkin Anda menjualnya. kataku.

Anda terlihat lelah. Istirahatlah sejenak disini. Ajaknya, sambil menyilahkanku duduk bersamanya di kursi taman ini.

Kujelaskan padanya. Benar. Aku memang sedang lelah. Sangat lelah.

Anda jual tali? tanyaku.

Oh ada. Butuh berapa meter? ia balik bertanya

Untuk sampai ke langit, butuh berapa meter ya ?tanyaku lagi. Tidak sungguh-sungguh.

Sosok itu tersenyum. Diam. Ia pun mulai menyadari ada sesuatu dalam ucapanku.

Tali sepanjang itu untuk apa? tanyanya lagi. Sama, tidak bersungguh-sungguh.

Saya ingin memanjat sampai ke langit. Kusampaikan niatku. Niat untuk bisa bertemu dengan Sang Penguasa Alam. Karena memang banyak sekali yang ingin aku bicarakan dengan-Nya. Tentang keluarga. Tentang pekerjaan. Tentang persahabatan. Banyak sekali yang kurasakan tidak beres.

Saya mengerti, ucapnya mantap.

Kutatap wajahnya. Benarkah. Benarkah ia mengerti.

Tapi yang kau butuhkan bukan tali !.

Ini yang kau butuhkan !. Sosok itu memberiku sebuah gulungan berwarna coklat. Kuamati dengan seksama. Gulungan coklat yang indah. Terbuat dari kulit kayu. Diikat dengan akar tipis tapi kuat.

Bawalah pulang. Itu bisa membantumu,sarannya.

Di rumah kubuka gulungan indah itu. Langit diluar sana sudah gelap. Kulihat apa yang ada dalam gulungan itu. Tertera sebuah tulisan. Kubaca.

Bagai ada embun pegunungan yang disiramkan ke hatiku. Menyisakan satu kesejukan disana.

Kutemukan jawaban dari semua pertanyaanku.
Orang itu benar. Aku memang gak butuh tali.

(sebuah gulungan tergeletak di meja kamar seorang lelaki. Sebuah gulungan coklat yang indah. Terbuat dari kulit kayu dilengkapi akar untuk mengikat. Tertoreh sebuah jejak tulisan disana : Jika kau ingin bertemu dan berbincang dengan-Nya, bangunlah sebelum fajar tiba. Awali dengan 2 rakaat yang sederhana. Lanjutkan dengan istigfar. Kemudian biarkan hati bertanya pada dirimu sendiri, Apa yang sebenarnya terjadi padamu teman?. Saat itulah Ia akan berbincang denganmu)

u Abangku: mungkin ini bisa sedikit membantu.semoga

***


[pict from deviantart.com]




© 2006 deepheart | Blogger Templates by GeckoandFly.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.
Learn how to make money online | First Aid and Health Information at Medical Health