<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d20262286\x26blogName\x3ddeepheart\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://punyahasan.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://punyahasan.blogspot.com/\x26vt\x3d1302758872242214304', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Sejuk

Bagiku kesejukan itu seperti..
menyantap semangka dingin sarat air
di tengah terik kota Jakarta

Atau seperti
menyimak hijaunya tumbuhan merambat
tepat di depan kos-anku
hijaunya terlihat jelas saat tirai bambu digulung.

Atau seperti
Mendengarkan lantunan Ayat-ayat Cinta-Nya
dari lisan Syeikh Al-Mathrud
alunannya..menenangkanku.

Atau seperti
duduk tenang di pelataran rektorat kampusku dulu
Percikan air mancurnya..menyegarkan

Mungkinkah aku bisa menjadi sumber dari kesejukan ?.
Menjadi pribadi ketenangan dan menularkannya pada orang lain.


(terimakasih untuk sms-nya Gah..!! tipsnya dah aku coba dan berhasil )Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Hujan dan Teman

Satu siang. Hujan masih turun, tidak deras hanya gerimis. Tetes-tetesnya masih tertinggal di atap rumah-rumah. Mengalir lewat genting dan terjun ke tanah; ada yang ke selokan, beberapa tetes sepakat membuat genangan.

Empat teman masih duduk di dekatku. Di dalam musholla. Selepas dzuhur. Mereka duduk bersisian, dan menghadapkan wajah mereka padaku. Malaikat Tanya, Malaikat Kesabaran, Malaikat Persahabatan, dan Malaikat Kehangatan.

Ooo...jadi itu sebabnya?. celetuk Malaikat Tanya, setelah mendengar penjelasanku.
Itu yang membuat kamu gelisah?. Malaikat Tanya terus mengoceh.

Aku mengangguk. Mengaku. Seperti anggukan anak kecil yang kedapatan mencuri mangga tetangga sebelah. Mengakui beberapa kebodohan diri. Saat hati diliputi ketakutan yang berlebihan akan kehilangan dunia dan rezeki-Nya.

Sudahkah kau adukan semua ini pada Sang Penguasa Semesta ? . Malaikat Tanya kembali mengorekku.

Sudah. Itulah sebabnya aku memanggil kalian kesini. Mungkin ada jawaban dari-Nya. Rajukku. Parau. Perlahan tanpa disadari mata ini mulai basah.

Duh..gitu aja nangis. Ejek Malaikat Kesabaran.
Huss...!! Malaikat Persahabatan menyikut pelan Malaikat Kesabaran.

kiranya aku bisa membantumu saat ini, kata Malaikat Persahabatan sambil mengambil tissue di kantungnya. Dan hei..Malaikat Persahabatan mengusap air mata di pipiku.

Seperti biasa Malaikat Persahabatan tidak memberikan solusi, hanya berusaha menemani.

Perlahan Malaikat Kehangatan menggeser duduknya. Mendekat. Merangkulku.

Perlu kau ingat teman. Hati akan semakin keruh dan gelap ketika kita menangis karena urusan dunia. Dan hati akan semakin jernih dan bersinar kala kita menangis karena urusan akhirat. Urusan yang lebih abadi.
Malaikat Kehangatan mulai berkata. Selanjutnya, kata-katanya pun mengalir. Mengisi jiwa. Menguatkan hati. Ku yakin semua mahluk akan luluh mendengarnya.

Sejenak kurasakan ada perasaan nyaman di hati.
Kunikmati terus kehangatan yang ia berikan.
Tenang. Hangat.
Pantas saja dia sebut Malaikat Kehangatan.

Dan ini kesekian kalinya mereka berhasil menghiburku.

Ya udah..ayo bangkit. Lanjutkan hidupmu, ajak Malaikat Kehangatan. Mengajakku berdiri. Empat teman itu pun berdiri. Ku tatap wajah mereka. Mereka tersenyum. Untukku.

Satu siang. Hujan masih saja turun, tidak deras hanya gerimis. Empat teman menemaniku duduk di musholla dan berhasil melukis kebahagiaan di hatiku.

Begitu cepat berubah !

Beberapa hari terakhir ini, cuaca di bogor cukup aneh.
Saat Dhuha sampai Dzuhur, matahari begitu terik, menyengat.
Tapi, sesaat setelah shalat Dzuhur, awan hitam datang.
Dan langsung hujan deras. Sangat deras.

Begitu cepat berubah.

Jadi ingin tahu, apa sebetulnya pesan yang ingin Ia sampaikan?

Lelucon Shubuh

Begini nih kalo setelah shubuh kita gak langsung ngajak jasad ini untuk beraktifitas. Apalagi cuaca dingin yang menambah panjang daftar alasan untuk tidak beraktifitas.

Jadinya, hidup ini bagaikan jasad mati, maunya tidur melulu.

Padahal Sang Laki-laki Mulia mengajarkan kita untuk
tidak tidur setelah shalat shubuh.
Padahal ada pekerjaan kantor yang harus diselesaikan

Aaagghhh..berat sekali untuk bangun.
Ku kumpulkan semua nasihat-nasihat guru ngaji-ku.
Terbayang wajah teduhnya, betapa akan sangat kecewanya beliau
jika tahu salah seorang muridnya bermalas-malasan setelah shubuh.

Belum baca Qur’an , belum baca Al-Ma’tsurat…
Wow banyak sekali pelanggaran yang kau lakukan shubuh ini saudaraku.

Akhirnya..
kutemukan juga pemecut semangat untuk segera bangun.
Dengan bergelora ku berteriak :

Huss..pergi..pergi syaithan jahat.
Ketahuilah...bukan untuk tidur aku diciptakan




© 2006 deepheart | Blogger Templates by GeckoandFly.
No part of the content or the blog may be reproduced without prior written permission.
Learn how to make money online | First Aid and Health Information at Medical Health